Tenaga Kerja AS Gagal Bangkitkan Hasrat Pasar

Headline

Jakarta - IHSG akhirnya mendarat di teritori positif tapi rupiah justru melemah tajam. Kecemasan pasar atas krisis Eropa menganjal sentimen tenaga kerja AS yang membangkitkan hasrat pasar.

Kepada Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, pelemahan rupiah hari ini, terutama dipicu oleh sentimen penguatan dolar AS sejak pekan lalu yang sangat tinggi. Kondisi itu, terbawa hingga awal pekan ini.

Penguatan dolar AS, kata Ariston, masih dipicu krisis utang Eropa. "Karena itu, sepanjang perdagangan rupiah mencapai level terlemahnya 9.230 dan 9.144 sebagai level terkuat dari posisi pembukaan 9.151 per dolar AS,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Senin (9/1).

Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Senin (9/1) ditutup melemah tajam 80 poin (0,87%) ke level 9.173/9.183 per dolar AS dari sebelumnya 9.093/9.103.

Di sisi lain, lanjut Ariston, membaiknya data tenaga kerja AS akhir pekan lalu di atas ekspektasi memperkuat dolar AS. Karena ekonomi AS masih lebih baik dibandingkan ekonomi Eropa. Baiknya fundamental AS itu justru mendongkrak penguatan dolar AS. "Padahal biasanya, membaiknya data-data AS membangkitkan hasrat pasar pada aset-aset berisiko, risk appetite," imbuhnya.

Data Non Farm Payrolls AS bulan Desember menunjukkan pertumbuhan 200.000 lapangan pekerjaan baru pada sektor swasta AS. Angka ini meningkat dari prediksi 150 ribu dan pertumbuhan 100.000 pekerjaan pada bulan sebelumnya.

Di sisi lain, tingkat pengangguran AS juga memperlihatkan penurunan ke level terendah sejak Februari 2009 menjadi 8,5% dari sebelumnya 8,7%. "Pada saat yang sama, risk appetite (hasrat atas aset-aset berisiko) terganggu oleh krisis Eropa," ungkap Ariston.

Karena itu, pasar saat ini cemas pada penyebaran krisis utang pada negara-negara besar Eropa terutama Jerman dan Perancis. Kecemasaan itu, terefleksi pada lelang obligasi kedua negara utama Uni Eropa itu.

Meski lelang obligasi Jerman sukses, tapi bid-to-cover ratio-nya turun jadi 1,27 dari rata-rata 5 tahun 1,6. Sementara itu, yield obligasi Perancis justru naik jadi 3,29% dari level 3,18%.

Di sisi lain, pasar juga masih menanti hasil Pertemuan Kanselir Jerman Angela Merkel dengan Presiden Perancis Nicolas Sarkozy. "Karena itu, rupiah masih melemah meski dolar AS sudah kembali ditransaksikan melandai terhadap mata uang utama akibat profit taking," imbuhnya.

Alhasil, dolar AS melemah tipis terhadap mayoritas mata uang utama termasuk terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa). Indeks dolar AS turun ke level 81,03 dari sebelumnya 81,27. "Terhadap euro, dolar AS melemah ke level US$1,2766 dari sebelumnya US$1,2720 per euro," imbuh Ariston.

Dari bursa saham, Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia Satrio Utomo mengatakan, indeks Hang Seng berhasil ditutup di atas kisaran gap 18.506-18.724. Padahal, tadi pagi indeks ini sempat mencapai level terendah di 18302 sehingga rasa-rasanya sulit dipercaya bahwa indeks Hang Seng bisa bergerak naik.

Kenyataannya, Hang Seng ditutup di atas resisten gap dengan penguatan 272,66 poin (1,47%) ke level 18.865,70. “Ini adalah sebuah signal bullish. Kalau melihat indeks Hang Seng, berarti IHSG besok masih bisa naik lagi,” ucanya.

Namun demikian, yang menjadi trigger market saat ini adalah krisis Eropa. Semua bisa terjadi. Apalagi karena sentimen utama malam hari ini, masih seputar hasil pertemuan Merkozy (Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Perancis Nicolas Sarkozy). “Ya kalau naik, ya naik lah, tapi kalau ternyata turun saya juga tidak heran,” timpalnya.

Dia menegaskan, selama suport 3.821 masih bertahan, IHSG masih trend naik. Selama suport 3.821 masih bertahan, saya tetap akan melakukan posisi beli. Pada perdagangan Senin (9/1) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) ditutup menguat 19,66 poin (0,51%) ke level 3.889,072. [mdr]


0 Response to "Tenaga Kerja AS Gagal Bangkitkan Hasrat Pasar"

Posting Komentar